Monday 27 July 2015

Sigapnya Sang Pemimpin

Sigapnya Sang Pemimpin


Suatu malam menjelang kedatangan pasukan Ahzab ke Madinah, demikian Sa'ad ibn Abi Waqqash berkisah, keadaan demikian mencekam. Sungguh sesuai apa yang digambarkan Allah; tak tetap lagi penglihatan kami dan hati serasa naik menyesak ke kerongkongan (Surat Al Ahzab Ayat 10).

malam itu aku terbangun dan ingat akan Rasulullah. Atas keinginan sendiri, aku beranjak, lalu berjaga di dekat kediaman beliau. Saat aku disana, Rasulullah bersabda

dr rochelle skin expert dgn suara agak dikeraskan, "Adakah lelaki shalih yang tengah tengah malam ini sudi menjaga kami ?"

Maka aku langsung menjawab, "Labbaika yaa Rasuulullah ! Di sini Sa'ad ibn Abi Waqqash berjaga untukmu !" Sesungguhnya yang paling kusukai dari sabda ia merupakan kata-kata 'lelaki shalih', semoga itu menjadi do'a bagi diriku.

Beliau ke luar menemuiku bersama senyum tulusnya. Setelah memberikan panduan dan memesankan nasihat, dia masuk kembali. Di larut itu, tiba-tiba kudengar bunyi keras menderu-deru dari ujung kota. Bergegas kunaiki kuda dan kutuju arah asal suara. Aku memacu kudaku. Sampai di satu tempat gelap, dari arah berlawanan muncul bayangan penunggang kuda. Kusiapkan busur dan panahku. Diwaktu mendekat, aku terkesiap. Nyata-nyatanya ia Rasulullah ! Aku bertanya, "Dari mana engkau, ya Nabi ? Sungguh aku khawatir atas deru tadi ! Aku khawatir, pasukan musuh dalam jumlah besar datang buat menyerang Madinah. Mohon pulanglah, dan izinkan aku memeriksanya"

Rasulullah tersenyum padaku dan bersabda, "Tenangkan dirimu, hai Sa'ad. Aku telah memeriksanya. dan itu hanya suara angin gurun"

Aku terperangah, takjub dan malu. Aku, si peronda, telah didahului oleh sang Nabi yang kujaga dalam memeriksa sanggup menjadi bahaya.

***
Kisah Sa'ad ini menjadi pembelajaran indah. Bahwa sang Nabi meminta dijaga bukan dikarenakan manja atau suka dilayani pengikutnya. Kesiagaan dan kegesitan beliau bahkan lebih tinggi daripada Sa'ad yang meronda. Permintaan dijaga itu ternyata pendidikan maknanya. Sungguh menakjubkan; pemimpin ini yaitu pembawa kedamaian, tak cuma dalam kata, tapi dengan tindakan yang didasari ketulusan. dan, kasih sayang agung yang membuat seluruh hidupnya terabdi tuk melayani, tak menghalangi dirinya dalam mendidik sahabatnya.

Demikian sekelumit kisah, moga mengilhamkan kita tuk menjadi pembawa damai di hati orang-orang yang kita pimpin. Amin.

Sigapnya Sang Pemimpin

Satu Buah tengah tengah malam menjelang kedatangan pasukan Ahzab ke Madinah, demikian Sa'ad ibn Abi Waqqash berkisah, keadaan demikian mencekam. Sungguh serasi apa yang digambarkan Allah; tak tetap lagi penglihatan kami dan hati serasa naik menyesak ke kerongkongan (Surat Al Ahzab Ayat 10).

Tengah Tengah Malam itu aku terbangun dan ingat akan Rasulullah. Atas keinginan sendiri, aku beranjak, dahulu berjaga di dekat kediaman beliau. Ketika aku disana, Rasulullah bersabda dengan suara agak dikeraskan, "Adakah lelaki shalih yang malam ini sudi menjaga kami ?"

Maka aku segera menjawab, "Labbaika yaa Rasuulullah ! Di sini Sa'ad ibn Abi Waqqash berjaga untukmu !" Sesungguhnya yang paling kusukai dari sabda ia yakni kata-kata 'lelaki shalih', semoga itu menjadi do'a bagi diriku.

Dia keluar menemuiku dengan senyum tulusnya. Setelah memberikan anjuran dan memesankan nasihat, dia masuk kembali. Di larut itu, tiba-tiba kudengar bunyi keras menderu-deru dari ujung kota. Bergegas kunaiki kuda dan kutuju arah asal suara. Aku memacu kudaku. Sampai di satu tempat gelap, dari arah berlawanan muncul bayangan penunggang kuda. Kusiapkan busur dan panahku. Saat mendekat, aku terkesiap. Nyatanya dirinya Rasulullah ! Aku bertanya, "Dari mana engkau, ya Nabi ? Sungguh aku khawatir atas deru tadi ! Aku khawatir, pasukan musuh dalam jumlah akbar datang buat menyerang Madinah. Mohon pulanglah, dan izinkan aku memeriksanya"

Rasulullah tersenyum padaku dan bersabda, "Tenangkan dirimu, hai Sa'ad. Aku telah memeriksanya. dan itu hanya suara angin gurun"

Aku terperangah, takjub dan malu. Aku, si peronda, telah didahului oleh sang Nabi yang kujaga dalam memeriksa mungkin bahaya.

***
Kisah Sa'ad ini menjadi pembelajaran indah. Bahwa sang Nabi meminta dijaga bukan karena manja atau senang dilayani pengikutnya. Kesiagaan dan kegesitan dia bahkan lebih tinggi daripada Sa'ad yang meronda. Permintaan dijaga itu ternyata pendidikan maknanya. Sungguh luar biasa; pemimpin ini merupakan pembawa kedamaian, terkecuali dalam kata, tetapi bersama tindakan yang didasari ketulusan. dan, kasih sayang agung yang membuat semua hidupnya terabdi tuk melayani, tak menghalangi dirinya dalam mendidik sahabatnya.

Demikian sekelumit kisah, moga mengilhamkan kita tuk menjadi pembawa damai di hati sekian banyak orang yang kita pimpin. Amin.
Sigapnya Sang Pemimpin

suatu malam menjelang kedatangan pasukan Ahzab ke Madinah, demikian Sa'ad ibn Abi Waqqash berkisah, keadaan demikian mencekam. Sungguh pas apa yang digambarkan Allah; tak konsisten lagi penglihatan kami dan hati serasa naik menyesak ke kerongkongan (Surat Al Ahzab Ayat 10).

malam itu aku terbangun dan ingat dapat Rasulullah. Atas keinginan sendiri, aku beranjak, lalu berjaga di dekat kediaman beliau. Waktu aku disana, Rasulullah bersabda bersama suara agak dikeraskan, "Adakah lelaki shalih yang tengah tengah malam ini sudi menjaga kami ?"

Maka aku langsung menjawab, "Labbaika yaa Rasuulullah ! Di sini Sa'ad ibn Abi Waqqash berjaga untukmu !" Sesungguhnya yang paling kusukai dari sabda ia ialah kata-kata 'lelaki shalih', semoga itu menjadi do'a bagi diriku.

Beliau ke luar menemuiku dengan senyum tulusnya. Setelah memberikan anjuran dan memesankan nasihat, dirinya masuk kembali. Di larut itu, tiba-tiba kudengar bunyi keras menderu-deru dari ujung kota. Bergegas kunaiki kuda dan kutuju arah asal suara. Aku memacu kudaku. Sampai di satu area gelap, dari arah berlawanan muncul bayangan penunggang kuda. Kusiapkan busur dan panahku. Dikala mendekat, aku terkesiap. Nyatanya dirinya Rasulullah ! Aku bertanya, "Dari mana engkau, ya Nabi ? Sungguh aku khawatir atas deru tadi ! Aku khawatir, pasukan musuh dalam jumlah agung datang untuk menyerang Madinah. Mohon pulanglah, dan izinkan aku memeriksanya"

Rasulullah tersenyum padaku dan bersabda, "Tenangkan dirimu, hai Sa'ad. Aku telah memeriksanya. dan itu hanya suara angin gurun"

Aku terperangah, takjub dan malu. Aku, si peronda, telah didahului oleh sang Nabi yang kujaga dalam memeriksa mampu saja bahaya.

***
Kisah Sa'ad ini menjadi pembelajaran indah. Bahwa sang Nabi meminta dijaga bukan karena manja atau suka dilayani pengikutnya. Kesiagaan dan kegesitan dia bahkan lebih tinggi daripada Sa'ad yang meronda. Permintaan dijaga itu ternyata pendidikan maknanya. Sungguh luar biasa; pemimpin ini merupakan pembawa kedamaian, tidak cuma dalam kata, tetapi dgn tindakan yang didasari ketulusan. dan, kasih sayang gede yang membuat seluruh hidupnya terabdi tuk melayani, tak menghalangi ia dalam mendidik sahabatnya.

Demikian sekelumit kisah, moga mengilhamkan kita tuk menjadi pembawa damai di hati sekian banyak orang yang kita pimpin. Amin.

No comments:

Post a Comment

Blog Archive